WELCOME TO E-Learning

Selasa, Desember 07, 2010

METODE PRESENTASI DI SMP PGRI CIAWIGEBANG

Hampir setiap guru mungkin pernah menemukan suasana kelas yang tidak kondusif untuk proses pembelajaran. Para siswa tidak merespon apa yang guru bawakan dan guru merasa tak ada gunanya lagi berbicara di depan siswa karena siswa juga ngomong, rame sendiri, dan kelas berubah menjadi pameran abab. Jelas suasana begitu tidak akan mencapai tujuan pembelajaran seperti yang direncanakan.

Apabila kita amati, sebenarnya anak-anak sekarang bukanlah anak-anak bodoh. Mereka mampu berkomunikasi. Untuk menyikapi hal tersebut, penulis mencoba satu metode pembelajaran yaitu Presentasi.

Metode presentasi adalah metode pengungkapan ide, gagasan, perasaan di depan umum oleh satu atau lebih presenter dengan menyertakan naskah makalah atau tidak. Bagi kebanyakan orang metode presentasi menuntut adanya pembuatan ringkasan dari sekian masalah yang akan dipaparkannya.

Tujuannya metode ini adalah melatih siswa mengembangkan kemampuan berbicara dan melatih cara berfikir kritis dan analitis..

Berdasarkan pengalaman penulis, manfaat yang akan diraih adalah adanya suasana kelas yang hidup. Siswa sangat antusias dan merasa bangga bisa mengungkapkan ide, perasaan dan pikirannya dan tampil paling tidak di depan teman-teman sekelas dan gurunya dapat memaparkan sesuatu. Rasa bangga itu akan lebih kentara jika kita menshootingnya atau memfotonya, dan di akhir program sambil membagikan hasil evaluasi kita berikan fotonya atau kita putarkan lagi filmnya di depan kelas.

Kemampuan berbicara, berfikir kritis dan analitis dapat sedikit demi sedikit terasah. Ini modal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi..



Kendala

Siswa umumnya tidak tertarik mendiskusikan topik yang bersifat text book. Lain halnya jika mereka mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan dunia mereka, dunia remaja, bahaya seks bebas, pernikahan dini, atau narkoba. Oleh karena itu guru harus pandai-pandai menyesuaikan dengan Kurikulum. Sepanjang sama-sama mengembangkan kemampuan berbicara, bila ada kelompok yang mengajukan topik yang dianggap kurang berkaitan dengan Standar Kompetensi, kita bebaskan saja mereka membahasnya. Jangan kehilangan momen atau mencelanya. Sesuatu yang dilakukan dengan senang hati hasilnya pasti lebih baik dibandingkan dengan karena terpaksa. Sebagai guru kita bisa belajar banyak dari siswa.

Metode ini hanya cocok diterapkan di kelas yang siswanya sudah memiliki kemampuan komunikasi dasar. Di kelas yang pasif, rendah kemampuannya, tentu tidak bisa. Logikanya, jangankan untuk mempresentasikan sesuatu, untuk mengungkapkan siapa dirinya atau apa keinginannya saja mungkin masih kesulitan, terkecuali kalau guru mau melatihnya dan menjalani proses yang sangat lama.

TV Online